Showing posts with label The Men Who Knit. Show all posts
Showing posts with label The Men Who Knit. Show all posts

18.10.09

We’re Rock and We Knit

 

“Nggak ada loe nggak rame”

-tagline sebuah iklan rokok-

 

Teman-teman, tim rajut berbasis entertainment yang tersohor dari Tobucil, THE MEN WHO KNIT, sudah punya video sendiri. “Cuma belum semua di-shoot. Si Sam belum, Syarif belum,” kata Erri, anggota The Men Who Knit sekaligus chief executive Kontemplacity Studio  yang menggarap video The Men Who Knit.

Tim merajut yang senantiasa meramaikan suasana ini memang sedang berusaha mengembangkan sayapnya di mana-mana. “Supaya eksis, kita harus selalu gaya, merajut ketika ada keramaian, dan mulailah dengan berkelompok supaya terlihat ramai dan menarik perhatian. Kita juga harus mengenal media dengan baik. Gosip juga termasuk media, lho,” ujar Erri.

Kejelian dan ketengilan memanfaatkan media ini sempat dilakukan oleh Wikupedia, koordinator klabs Tobucil sekaligus anggota The Men Who Knit. Di tengah serunya pembahasa mengenai perlu-tidaknya kopi darat di mailing list, tahu-tahu Wiku berkomentar agak fals, “Daripada pusing-pusing mikirin kopdar, lebih baik menonton The Men Who Knit.” TAK JEDES !

Video The Men Who Knit ini keren sekali, Teman-teman. Kuatnya karakter keempat personil The Men Who Knit tampil dalam aksi merajut mereka. Didukung dengan musik dan teknik mengedit yang sedemikian rupa, terciptalah sebuah video artistik. Kamu bisa menontonnya di sini.

fotothemanwhoknitpotongan video “The Men Who Knit “

Tagline “nggak ada loe nggak rame” tampaknya sesuai juga untuk gerombolan The Men Who Knit yang senantiasa membawa suasana panggung hiburan di mana saja. Hai kaum Adam, ada yang mau ikut bergabung dengan mereka ?

Just wondering. Apakah The Men Who Knit bersedia menerima panggilan untuk menghibur di ulangtahun anak-anak, sweet seventeen, atau resepsi pernikahan ?

Sundea

Blog The Man Who Knit : http://themanwhoknit.blogspot.com/

Google Twitter FaceBook

4.10.09

Mimpi Jadi Selebritis

-Tobucil, Jumat 03 Oktober 2009-

Di hadapan kamera, Erri dan Wikupedia, dua personil The Men Who Knit, merajut sambil mengobrol. Keduanya berusaha mewajar-wajarkan diri, tapi ternyata sorot kamera malah membuat sense entertaining mereka sedikit tersendat.

 

resized1

 

“Ngobrol naon-nya (ngobrol apa, ya)?” tanya Wikupedia kikuk. “Edan, euy, kamera teh mempengaruhi, ya,” tanggap Erri sama kikuknya. Keduanya merajut sambil sesekali saling bertatapan, tertawa canggung, atau mengobrol tak tentu. “Halah, kok kalian ngobrolnya begini, sih ? Entar suaranya kerekam, nggak ?”tanya Tobuciler. “Enggak entar di-dubbing, kok,” sahut Wikupedia. “Iya, ada subtitle-nya juga Bahasa Inggris,” tambah Erri. Ooo … begitu.

Hari itu Erri dan Wikupedia sedang membuat video dokumentasi The Men Who Knit. Bukan sekedar video rajut standar, mereka bahkan berecana membuat “extreme knitting”. “Jadi ngerajutnya sambil maen ayunan, didorongnya yang edannn, cuma kitanya mah santai weh ngerajut,” cerita Erri. Terlontar juga usulan merajut sambil estafet, sambil duduk di tengah-tengah rumah bocor dengan soundtrack Knit-knit-knit Bunyi Hujan, dan lain sebagainya. Kedua personil The Men Who Knit ini tampak begitu bersemangat mempromosikan gerakan mereka.

Tep ! Rekaman berhenti. Erri, Wikupedia, dan Tobuciler segera merubung kamera dengan antusias. Bersama-sama kami menonton video pendek The Men Who Knit itu lewat layar mungil kamera Wikupedia.

Video pendek itu berakhir cukup asyik. Setelah obrolan yang tak menentu, Wikupedia dan Erri tertawa lepas lalu “tep” video mati.

“Nanti dikasih link, Ku, kalo udah terkenal, gampang mau ngapain juga,” saran Erri. Hmmm … tampaknya The Men Who Knit punya impian menjadi selebritis. Tidak heran. Bukankah mereka tim rajut berbasis entertainment ? ;)

Sundearesized2

 

 

 

 

 

 

The Men Who Knit adalah kelompok pria merajut di Tobucil. Mereka yang lucu-lucu ini mengikrarkan diri sebagai “tim rajut berbasis entertainment”

Google Twitter FaceBook

6.9.09

Erri Yunaz : Yubiyami dari Tante untuk Tante

-Tobucil, Jumat 4 September 2009-

Seorang designer yubiyami (teknik merajut yang menggunakan jari sebagai stik) datang ke Tobucil dengan keempat karyanya. “Urang (saya) Erri Yunaz,” ia mengaku-ngaku. Tak hanya karya, Erri pun membawa mannequin untuk mendisplay , “Sok difoto, urang mau olo-olo alias riya … hehehehe …”

Belajar dari Tante Meyla, dan memulai karirnya karena pesanan Tante Dewi. Lalu teman-teman, inilah keempat rompi rajutan Erri dan kisah-kisahnya :

 

rompipertama “Ini ungu gelap, dibuat waktu gelap-gelap di rumah tante kamu, waktu kita nongkrong di luar sama Si Nunu,” kata Erri kepada Tobuciler. Tobuciler ingat ; pada suatu hari, Erri, Nunu Onyet (salah satu teman kami), dan Tobuciler iseng duduk-duduk di beranda rumah tante Tobuciler. Meski fokus obrolan kami tak begitu jelas, tangan Erri  fokus bergerak meyubiyami. “Ini karya gua yang pertama,” kata Erri lagi.

 

 

rompiketiga “Nah, ini yang ke dua. Gua buat ini karena ada yang suka banget sama yang ungu (karya Erri yang pertama), tante kamu,” cerita Erri pada Tobuciler. Di karya ke duanya tersebut, Erri belajar membuat pola.

 

 

 

 

rompike tiga Rompi ke tiga agak eksperimental dan tampaknya hanya muat di badan anak-anak. “Ini dibikin pas kita jalan-jalan sambil makan nasi goreng dan bakso mahal … hehehe …,” ujar Erri. Tobuciler ingat. Pada suatu sore, menjelang bulan puasa, Erri, Tobuciler, dan (lagi-lagi) Nunu Onyet makan di daerah Banda. Sambil berjalan ke Banda dan makan bakso, tangan Erri terus beryubiyami dan beryubiyami.

 

 

rompi ke empat rompi ke empat dari blkg “Nah, ini yang ke empat. Itu yang paling serius. Yang ini buat tante kamu,” kata Erri. Tante Tobuciler memang terkagum-kagum pada teknik yubiyami dan rompi buatan Erri.

 

 

 

Erri Yunaz tengah merintis karirnya. Empat karya bukan “sudah” melainkan “baru”. Jari-jarinya adalah senjata. Akankah mereka menghantar Erri Yunaz menuju gemerlap dunia fashion ?

Sundea

 

erriechieyunazEchie dan Erri Yunaz.

Ayah dan anak … ?

Google Twitter FaceBook

10.8.09

The Men Who Knit "ON AIR"


Pada tanggal 4 agustus 2009 kemarin. Teman-teman tobuciler khususnya anggota klab rajut, mendapatkan undangan dari salah satu radio swasta bandung untuk di wawancarai seputar kegiatan klab merajut tobucil.

Siang itu dikala matahari masih menyengatkan sinarnya. Mba Upi, kak Dian, kak Nana, mas Erri dan Rudy terlebih dahulu berkumpul ditobucil untuk mendiskusikan letak lokasi. Karena tidak ada satu pun diantara teman-teman yang tahu tempat tujuan, kecuali mas Erri, itu pun Ia masih ingat-ingat lupa. Akan tetapi hal itu tidak menyurutkan niat teman-teman untuk pergi, terutama kedua personil The Man Who Knit (TMWK) yaitu mas Erri dan Rudy yang sudah kebelet pengen exsis. Di sana rencananya mereka akan melaksanakan salah satu Pasal TMWK. Pasal 10 MBE (Merajut Berbasis Entertaiment).

Setelah beberapa lama mendiskusikan jalan menuju tempat tujuan, pada akhirnya teman-teman tobucil berangkat, dengan ditemani oleh terik matahari yang selalu menggunakan trik menyengatnya. Dipandu oleh mas Erri yang ingat-ingat lupa tempat tujuan. Selang beberapa lama perjalanan teman-teman tobucil sampai dengan selamat, walaupun sebelumnya mereka sempat nyasar ke Selasar Sunaryo.

Setibanya di sana teman-teman tobuciler disambut dengan hangat dan meriah oleh para crew Radio Paramudha. Mereka disuguhi dengan berbagai macam makanan dan minuman yang tentunya dapat menggoyang lidah. (maaf...ini hanya khayalan si penulis saja, yang kebetulan sedang lapar juga lebay. Sebenarnya teman-teman hanya disuguhi 5 gelas air tawar).

Di saat-saat menunggu seisi wawancara, salah satu crew radio bertanya kepada teman-teman tobucil seputar pria merajut. Ia keheranan dengan hal itu, karena ia hanya tahu bahwa kegiatan merajut biasanya dilakukan oleh wanita khususnya nenek-nenek. Teman-teman tobucil menjawabnya dengan baik pertanyaan itu, sehingga akhirnya crew radio tersebut mengerti bahwa merajut tidak hanya untuk wanita saja.

Seketika itu mas Erri langsung tebar pesona. Ia mempertunjukan tehnik merajut Yubiyami (merajut tanpa alat bantu) kepada para crew radio. Mas Erri melakukan hal itu karena kondisi pada saat itu tepat unuk melaksanakan Pasal 10 UUD TMWK yaitu merajut berbasis entertainment (MBE)

Tidak lama kemudian tibalah saatnya wawancara, teman-teman tobucil segera menuju ruang siaran. Di sana sudah ada Bara sang penyiar yang menyambut dengan hangat kedatangan teman-teman, tapi tidak disuguhi oleh makanan dan minuman karena jarak ruang siaran dan ruang tunggu hanya berjarak 3 kaki saja. (ya, iya…lha ngapain nyuguhin makanan, minuman lagi).

Pada awalnya teman-teman tobucil nampak malu-malu dan pendiam. Namun, suasana berubah saat bara si penyiar bertanya. “Anak-anak klab rajut, kayanya pendiam semua ya?” mendengar pertanyaan tersebut teman-teman tobucil tersinggung. Seketika itu nampaklah wajah asli teman-teman yang gokil dan nyentrik….


Canda tawa menghiasi seisi wawancara tersebut. Kegokilan teman-teman dan si penyiar terjadi sepanjang seisi wawancara. Pertanyaan-pertanyaan si penyiar soal merajut dijawab dengan lugas dan sedikit nyleneh membuat suasana di ruang siaran menjadi tambah kocak. Seperti pada saat…ahh saya tidak akan menceritakanya, karena saya sudah pusing untuk mengingatnya kembali. Mungkin kondisi saya sedang labil saat ini atau memang saya selalu labil setiap saat. Aduuhhhhh….. (selain labil penulis juga malas mencatat :D red)

Acara hari itu memang membuat teman-teman tobucil merasa puas dan senang karena sudah bisa exsis. Terutama personil TMWK mas Erry dan Rudy sukses melaksanakan Pasal 10 UUD TMWK Merajut Berbasis Entertaiment.

Cat : Cerita diatas bukanlah fiktif belaka karena kejadian tersebut benar-benar terjadi. Maka dari itu, mari kita Chast On……


UUD TMWK

pasal 10:
perhatikan dengan sangat baik, tempat dimana anda akan merajut.
usahakan di tempat terbuka, akan lebih baik bila banyak orang, karena ini akan membuka
peluang anda untuk diliput media. Lebih singkatnya MBE (Merajut Berbasis Entertaiment)

Sudah terbukti dengan sukses!!

rudy Rudy Rinaldi adalah ababil (abg labil) sekaligus salah satu peserta THE MAN WHO KNIT yang cukup berbakat.


Google Twitter FaceBook

2.8.09

Manifesto Merajut ala The Men Who Knit

 

“The men who knit” adalah tim merajut berbasis entertainment.

themanwhoknit The Men Who Knit

pasal 1:
cuci tangan sebelum merajut.
jenis sabun untuk mencuci tangan tergantung dari pihak sponsor, usahakan tidak membeli sendiri.\
pasal 2:
kumpulkan keberanian danpercaya diri.
pasal 3:
harus ikhlas, sabar.
jika anda masih ragu-ragu maka kembali pada pasal 2.
pasal 4:
siapkanlah suasana mendukung.
bisa minum kopi atau teh atau dengankan musik.
pasal 5:
harus riang kalau tidak nanti meriang.
pasal 6:
pilih benang yang sesuai dengan selera.
jika selera anda belum muncul atau berubah-ubah, berarti anda belum ikhlas. kembalilah
pada pasal 3.
pasal 7:
pilih stik rajut yang sesuai dengan selera.
kalau masih belum selera juga, cobalah meminta maaf pada orang tua, keluarga anda,
pacar anda, mantan-mantan anda, bahkan selingkuhan anda. barang kali masih ada dosa-dosa
masa lampau yang disadari atau tidak belum dimaafkan.
pasal 8:
mulailah merajut dengan pengtahuan yang dimiliki secara maksimal dan leys go CAST ON !!!!
pasal 9:
perbanyak jaringan terutama yang jago merajut, jadi kalau menemukan kesulitan
atau tidak bisa menutup alias cast away, bisa minta tolong.
pasal 10:
perhatikan dengan sangat baik, tempat dimana anda akan merajut.
usahakan di tempat terbuka, akan lebih baik bila banyak orang, karena ini akan membuka
peluang anda untuk diliput media. sudah terbukti dengan sangat sukses!!
pasal 11:
jika rajutan telah selesai, jangan lupa untuk pamer.
foto lah karya anda, up load di internet atau minimal beritahu teman-teman anda. biar tambah eksis!!
pasal 12:
dan tips paling utama dan terpenting adalah:
JANGAN TAKUT NYANGKUT !!!

erringajarupingerajutErri mengajar Upi merajut


selamat merajut !!
telah melalui rapat yang ketat serta berdarah-darah. disusun oleh kamerad-kamerad merajut the man who knit:

erie -si jangan takut nyangkut-
sam -yang sangat sambas-
moel -si mogu sigarantang-
rudi -si perajut ababil-
wiku -si penggembira-
adhi -si motoris rajuter-

syaraf maulini – si musikus galau-

Google Twitter FaceBook

19.7.09

The Man Who Knit

Erri kulehe Pagi itu seperti biasanya matahari memancarkan cahaya hangatnya karena kalau gak biasa, disinyalir pagi itu sedang mendung atau matahari gak mau terbit karena Sundea belum bangun.

Namun, tak biasanya, pagi itu Tobucil sudah nampak ramai (sekalipun sebenarnya belum buka). Pagi itu, sebagian teman-teman Tobuciler berkumpul dan akan berangkat ke Jakarta untuk memenuhi undangan kegiatan Festival Merajut Indonesia yang diadakan di Museum Bank Mandiri.

Teman-teman Tobuciler, khususnya personil THE MAN WHO KNIT, diundang ke sana untuk mengisi salah satu acara dan menjadi pembicara di sesi "Merajut Tidak Hanya Untuk Prempuan".

Tak ketingalan juga Mba Upi akan bejualan benang TIPI (Tarlen dan Upi-red, tapi menurut Rudy TIPI adalah singkatan dari “Titipan Upi”) di sana.

Di awal keberangkatan yang sedikit ngaret, teman-teman Tobuciler tetap menikmati perjalanan ke Jakarta. Canda-tawa mengisi keberangkatan teman-teman. Kejadian-kejadian unik-pun terjadi.

Berawal saat teman-teman memasuki kawasan Jakarta dan sedang mencari jalan menuju lokasi. Salah satu teman Tobucil, Moel, bertanya kepada Mbak Upi dengan logat sunda yang kental,

"Teteh...ieu teh Munas, sanes (Mbak, ini, tuh, Munas, bukan)?" sambil menunjuk-nunjuk ke arah Monumen Nasional (Monas).
"Naon Moel, Munas?. lain... Ieu mah Monas (Apa, Moel, Munas ? Bukan, ini, sih Monas)" jawab mba Upi.
"enya...ieu teh MUNUmen Nasional lain (Iya, ini tuh MUNUmen Nasional bukan?)"

Serempak seisi mobil tertawa trbahak-bahak mendengar perkataan Moel yang menyebutkan MONAS menjadi MUNAS.

Kejadian unik pun terulang kembali saat lokasi yang dituju tak sengaja terlewati dan membuat Tobuciler terpaksa mencari jalan berputar. Saat itu pula Mbak upi menyuruh Moel untuk bertanya kepada warga setempat untuk mencari jalan. Moel pun bertanya, "Punten,ibu. upami bade ka Museum Bank Mandiri kapalih mana(Maaf, Bu, kalau mau ke Museum Bank Mandiri ke sebelah mana) ?" Sepertinya moel lupa bahwa ia sudah ada di Jakarta. Seketika itu si ibu pun memasang wajah kebingungan ditambah senyuman yang tertahan karena tidak mengerti ucapan Moel. Hal itu kembali membuat seisi mobil tertawa terbahak-bahak.

Sesampainya di tempat tujuan, teman-teman tobucil sudah disambut oleh salah satu personil THE MAN WHO KNIT dari jakarta. yaitu Mas Sam, bukan Masam seperti buah jeruk tetapi memang benar namanya Sam dan dipangil Mas jadi Mas Sam.

Setelah penyambutan oleh Mas Sam, teman-teman Tobucil disibukkan oleh Mba Upi yang akan berjualan benang-benang TIPI dan teman-teman Tobucil serempak membantu Mbak Upi mengangkut benang-benang ke stand yang sudah disediakan oleh panitia di area festival rajut.

festival the man who knit

Setelah beberapa saat, teman-teman Tobucil mengangkut benang ke lokasi stand dan mempersiapkan jualannya. Seketika itu stand Tobucil seperti "ada gula ada semut", namun si semut tidak suka dengan gulanya karena gulanya gula merah. hal ini dikarenakan si "gula merah" terdiri dari Tante-tante, Ibu-ibu, dan tak ketingalan Neli (nenek lincah) dan jelaslah "si semut", yaitu tobuciler, khusunya personil The MAN WHO KNIT tak suka, kecuali Mas Erri dan Mas Sam masih bisa sempet suka.

Hari pertama festival merajut pun usai. Teman-teman Tobucil bersiap untuk beristirahat di kediaman Mas Sam. Sebelum menuju kediaman Mas Sam teman-teman tobucil berkujung dulu ke kediaman Mas Iwenk, salah satu teman Mba Upi.

Pada hari ke dua, Mas Sam tertarik melihat kegiatan merajut dengan tangan kosong alias Yubiyami di stand sebelah. Mas Sam mendekati pemilik stand itu untuk minta diajari. Akan tetapi pada awalnya Si Mamih (sebut saja seperti itu) pemilik stand itu tak mau mengajarkan, namun Mas Sam dengan jurus rayuan mautnya membuat Si Mamih mau mengajari tim Tobucil dengan cuma-cuma.

lagidiajaringerajut

Suasana menjadi berbeda setelah kedatangan presenter pembawa acara “Jelang siang”, Astri Tri Hartanto. Mas Eri dan Rudy kembali "jreng" setelah sekian lama hanya melihat yang keriput-keriput saja.

Di sesi pembicara Mas Sam dan Mas Wiku merasa kebosanan karena pembicaraan tersebut agak serius. Namun, suasana jadi cair setelah Mas Eri datang dan seketika itu arena panggung menjadi arena Srimulat.

“Kalo merajut..Jangan takut nyangkut!" kata Eri

"Saya merajut hanya untuk diliput media,” kata Wiku.

Dengan Eri sebagai pengisi suara, Mas Sam juga spontan turun dari panggung untuk mengajarkan tehnik yubiyami kepada peserta.


Eri juga sempat berkata, "Kalau di dunia telah terjadi bencana besar dimana kebutuhan manusia sudah sangat sulit dipenuhi dan bisa dikatakan kiamat, kami para perajut pria masih bisa bertahan hidup, karena dengan merajut kita bisa bikin baju, syal , tas, dsb untuk bisa bertahan hidup." Benar-benar ngawur plus gak nyambung, tetapi anehnya si wartawan sepertinya percaya akan jawaban itu. Aduuhhh Ojan.

Dengan selesainya wawancara itu, waktu telah menunjukan 16.44 WIB. Sudah waktunya teman-teman Tobuciler untuk bersiap pulang. Selama dua hari ini, kegembiraan telah mengisi jalannya kegiatan teman-teman Tobucil terutama Mba Upi yang telah menjual benang-benang Tipi hingga tinggal sedikit. Personil THE MAN WHO KNIT juga berhasil eksis dan kembali pulang dengan selamat.


Catatan dari Rudy : Cerita di atas merupakan fiktif belaka, jika ada kesalahan dalam penceritaan mohon dimaklumi saja karena si penulis mendadak amnesia.

Balasan dari Redaksi blog Tobucil : Fiktif gimana ?! Orang disuruh nyeritain pengalaman nyata ! Ah, elu, tuh, Rud !

THE MAN WHO KNIT emang eksis dengan kegokilannya masing-masing, dah ! Bener-bener Klab Rajut berbasis entertaimnent

rudy Rudy Rinaldi adalah ababil (abg labil) sekaligus salah satu peserta THE MAN WHO KNIT yang cukup berbakat.

Ada lebih banyak foto seru di flickr Tobucil

foto-foto : Wikupedia

Google Twitter FaceBook

LinkWithin

Blog Widget by LinkWithin