Pagi itu seperti biasanya matahari memancarkan cahaya hangatnya karena kalau gak biasa, disinyalir pagi itu sedang mendung atau matahari gak mau terbit karena Sundea belum bangun.
Namun, tak biasanya, pagi itu Tobucil sudah nampak ramai (sekalipun sebenarnya belum buka). Pagi itu, sebagian teman-teman Tobuciler berkumpul dan akan berangkat ke Jakarta untuk memenuhi undangan kegiatan Festival Merajut Indonesia yang diadakan di Museum Bank Mandiri.
Teman-teman Tobuciler, khususnya personil THE MAN WHO KNIT, diundang ke sana untuk mengisi salah satu acara dan menjadi pembicara di sesi "Merajut Tidak Hanya Untuk Prempuan".
Tak ketingalan juga Mba Upi akan bejualan benang TIPI (Tarlen dan Upi-red, tapi menurut Rudy TIPI adalah singkatan dari “Titipan Upi”) di sana.
Di awal keberangkatan yang sedikit ngaret, teman-teman Tobuciler tetap menikmati perjalanan ke Jakarta. Canda-tawa mengisi keberangkatan teman-teman. Kejadian-kejadian unik-pun terjadi.
Berawal saat teman-teman memasuki kawasan Jakarta dan sedang mencari jalan menuju lokasi. Salah satu teman Tobucil, Moel, bertanya kepada Mbak Upi dengan logat sunda yang kental,
"Teteh...ieu teh Munas, sanes (Mbak, ini, tuh, Munas, bukan)?" sambil menunjuk-nunjuk ke arah Monumen Nasional (Monas).
"Naon Moel, Munas?. lain... Ieu mah Monas (Apa, Moel, Munas ? Bukan, ini, sih Monas)" jawab mba Upi.
"enya...ieu teh MUNUmen Nasional lain (Iya, ini tuh MUNUmen Nasional bukan?)"
Serempak seisi mobil tertawa trbahak-bahak mendengar perkataan Moel yang menyebutkan MONAS menjadi MUNAS.
Kejadian unik pun terulang kembali saat lokasi yang dituju tak sengaja terlewati dan membuat Tobuciler terpaksa mencari jalan berputar. Saat itu pula Mbak upi menyuruh Moel untuk bertanya kepada warga setempat untuk mencari jalan. Moel pun bertanya, "Punten,ibu. upami bade ka Museum Bank Mandiri kapalih mana(Maaf, Bu, kalau mau ke Museum Bank Mandiri ke sebelah mana) ?" Sepertinya moel lupa bahwa ia sudah ada di Jakarta. Seketika itu si ibu pun memasang wajah kebingungan ditambah senyuman yang tertahan karena tidak mengerti ucapan Moel. Hal itu kembali membuat seisi mobil tertawa terbahak-bahak.
Sesampainya di tempat tujuan, teman-teman tobucil sudah disambut oleh salah satu personil THE MAN WHO KNIT dari jakarta. yaitu Mas Sam, bukan Masam seperti buah jeruk tetapi memang benar namanya Sam dan dipangil Mas jadi Mas Sam.
Setelah penyambutan oleh Mas Sam, teman-teman Tobucil disibukkan oleh Mba Upi yang akan berjualan benang-benang TIPI dan teman-teman Tobucil serempak membantu Mbak Upi mengangkut benang-benang ke stand yang sudah disediakan oleh panitia di area festival rajut.

Setelah beberapa saat, teman-teman Tobucil mengangkut benang ke lokasi stand dan mempersiapkan jualannya. Seketika itu stand Tobucil seperti "ada gula ada semut", namun si semut tidak suka dengan gulanya karena gulanya gula merah. hal ini dikarenakan si "gula merah" terdiri dari Tante-tante, Ibu-ibu, dan tak ketingalan Neli (nenek lincah) dan jelaslah "si semut", yaitu tobuciler, khusunya personil The MAN WHO KNIT tak suka, kecuali Mas Erri dan Mas Sam masih bisa sempet suka.
Hari pertama festival merajut pun usai. Teman-teman Tobucil bersiap untuk beristirahat di kediaman Mas Sam. Sebelum menuju kediaman Mas Sam teman-teman tobucil berkujung dulu ke kediaman Mas Iwenk, salah satu teman Mba Upi.
Pada hari ke dua, Mas Sam tertarik melihat kegiatan merajut dengan tangan kosong alias Yubiyami di stand sebelah. Mas Sam mendekati pemilik stand itu untuk minta diajari. Akan tetapi pada awalnya Si Mamih (sebut saja seperti itu) pemilik stand itu tak mau mengajarkan, namun Mas Sam dengan jurus rayuan mautnya membuat Si Mamih mau mengajari tim Tobucil dengan cuma-cuma.

Suasana menjadi berbeda setelah kedatangan presenter pembawa acara “Jelang siang”, Astri Tri Hartanto. Mas Eri dan Rudy kembali "jreng" setelah sekian lama hanya melihat yang keriput-keriput saja.
Di sesi pembicara Mas Sam dan Mas Wiku merasa kebosanan karena pembicaraan tersebut agak serius. Namun, suasana jadi cair setelah Mas Eri datang dan seketika itu arena panggung menjadi arena Srimulat.
“Kalo merajut..Jangan takut nyangkut!" kata Eri
"Saya merajut hanya untuk diliput media,” kata Wiku.
Dengan Eri sebagai pengisi suara, Mas Sam juga spontan turun dari panggung untuk mengajarkan tehnik yubiyami kepada peserta.
Eri juga sempat berkata, "Kalau di dunia telah terjadi bencana besar dimana kebutuhan manusia sudah sangat sulit dipenuhi dan bisa dikatakan kiamat, kami para perajut pria masih bisa bertahan hidup, karena dengan merajut kita bisa bikin baju, syal , tas, dsb untuk bisa bertahan hidup." Benar-benar ngawur plus gak nyambung, tetapi anehnya si wartawan sepertinya percaya akan jawaban itu. Aduuhhh Ojan.
Dengan selesainya wawancara itu, waktu telah menunjukan 16.44 WIB. Sudah waktunya teman-teman Tobuciler untuk bersiap pulang. Selama dua hari ini, kegembiraan telah mengisi jalannya kegiatan teman-teman Tobucil terutama Mba Upi yang telah menjual benang-benang Tipi hingga tinggal sedikit. Personil THE MAN WHO KNIT juga berhasil eksis dan kembali pulang dengan selamat.
Catatan dari Rudy : Cerita di atas merupakan fiktif belaka, jika ada kesalahan dalam penceritaan mohon dimaklumi saja karena si penulis mendadak amnesia.
Balasan dari Redaksi blog Tobucil : Fiktif gimana ?! Orang disuruh nyeritain pengalaman nyata ! Ah, elu, tuh, Rud !
THE MAN WHO KNIT emang eksis dengan kegokilannya masing-masing, dah ! Bener-bener Klab Rajut berbasis entertaimnent
Rudy Rinaldi adalah ababil (abg labil) sekaligus salah satu peserta THE MAN WHO KNIT yang cukup berbakat.
Ada lebih banyak foto seru di flickr Tobucil
foto-foto : Wikupedia